JAKARTA - Pandemi global Covid-19 berdampak besar terhadap perkembangan sektor jasa nasional. Pada 2020, pertumbuhan sektor jasa mengalami kontraksi sebesar -1,77 persen, jauh di bawah pertumbuhan 2019 yang mencapai 6,23 jasa sangat bergantung pada mobilitas dan interaksi antara konsumen dan produsen, yang selama pandemi terbatasi dengan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar PSBB.Pada tahun lalu, dari 13 sektor jasa, hanya dua sektor yang mencatatkan pertumbuhan lebih tinggi daripada 2019. Tujuh sektor jasa mencatatkan pertumbuhan negatif pada 2020, di mana puncaknya terjadi pada kuartal II/2020. Contohnya, pada sektor akomodasi—makanan-minuman yang pada kuartal IV/2019 mencatat pertumbuhan 6,36 persen yoy, sedangkan pada kuartal II/2020 mengalami kontraksi hingga -22 persen yoy.Indonesia memasuki masa resesi walaupun tidak seburuk perkiraan awal. Sejumlah sektor jasa memperlihatkan tren rebound. Pada kuartal II/2020, sektor jasa perdagangan, transportasi—pergudangan, akomodasi—makanan minuman, dan keuangan berturut-turut mencatatkan pertumbuhan -7,5 persen, -30,8 persen, -22,02 persen, dan 1,05 persen. Pada kuartal IV/2020, telah mengalami rebound menjadi sebesar -3,64 persen, -13,42 persen, -8,88 persen, dan 2,37 persen. Fenomena rebound ini penting mengingat keempat sektor tersebut berkontribusi sebesar 42 persen dari total sektor jasa, sehingga kebangkitan empat sektor tersebut dapat menjadi momentum pemulihan ekonomi sektor jasa kondisi pandemi yang masih menghantui, pada 2021 sektor-sektor jasa di Indonesia akan berjalan pada fase yang berbeda. Terdapat tiga fase kondisi sektor jasa. Pertama, fase terdampak di mana sektor-sektor ini masih akan merasakan dampak pandemi. Contohnya sektor jasa akomodasi—restoran, transportasi, dan real JugaSandiaga Harap Vaksinasi Pelaku Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mulai MaretDekati Singapura, Erick Thohir Dorong Kerja Sama di 3 Sektor Ini Sektor jasa akomodasi—restoran dan transportasi bergantung pada perkembangan sektor pariwisata yang selama ini menyumbangkan devisa hingga Rp280 triliun 2019. Ketika mobilitas terbatas akibat pandemi, pundi pemasukan tersebut turun drastis. Dengan turunnya kunjungan turis, pada akhirnya menurunkan tingkat hunian hotel, pengunjungan restoran, hingga pemakaian jasa sudah mulai ada tren rebound, sektor jasa akomodasi—restoran dan transportasi masih akan mengalami tekanan selama mobilitas wisatawan terhambat. Adapun sektor real estate yang mengalami tren perlambatan pertumbuhan, terpengaruh oleh kondisi resesi ekonomi yang perekonomian membuat konsumen cenderung menahan konsumsi durable goods dan meningkatkan tabungan sebagai motif jaga-jaga. Hal ini terlihat dari perkembangan dana pihak ketiga perbankan yang tumbuh 11,6 persen yoy pada oktober 2020, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan 2019 sebesar 5,9 persen yoy.Kedua, adalah pemulihan. Sektor-sektor jasa yang memasuki tahap ini pada awalnya terdampak pandemi tetapi sudah mengalami rebound. Umumnya sektor pada fase ini tidak sepenuhnya bergantung pada interaksi dan mobilitas konsumen. Contohnya, sektor jasa keuangan, jasa perusahaan, dan jasa perdagangan. Ketiga sektor tersebut mengalami puncak kontraksi pada kuartal II/2020 dan mengalami rebound pada dua kuartal jasa perdagangan mendapatkan angin segar dengan pesatnya adaptasi masyarakat pada perdagangan daring. Laporan Facebook dan Bain & Company 2020 menunjukkan barang yang dikonsumsi oleh konsumen Indonesia meningkat 40% dibandingkan dengan 2019, sedangkan jumlah online shops yang dikunjungi meningkat 30 persen. Secara keseluruhan, jumlah konsumen digital di Indonesia bertambah 35 juta dibandingkan dengan ekspansi. Terdapat dua sektor jasa yang tumbuh pesat ketika masa pandemi, yaitu sektor informasi-komunikasi dan sektor jasa kesehatan. Sektor jasa informasi dan komunikasi mengalami percepatan pertumbuhan, di mana pada kuartal IV/2020 tumbuh 10,91 persen, lebih tinggi dari kuartal yang sama 2019 sebesar 9,78%.Pada era pandemi sektor informasi dan komunikasi menjadi enablers aktivitas ekonomi, seperti perdagangan, pendidikan, hingga transaksi keuangan saat ini beralih dilakukan secara rangka pemulihan sektor jasa, terdapat dua peluang besar bagi sektor jasa nasional, yaitu digitalisasi sektor jasa dan maraknya proses servicification. Saat ini semakin banyak sektor jasa yang sudah mampu produsen jasa mencoba beradaptasi, baik dengan mengubah layanan dalam bentuk digital maupun menjadikan digital platform sebagai sarana penjualan produk. Sektor jasa seperti pendidikan dan kesehatan saat ini mengubah bentuk layanan menjadi digital. Selain kursus online, layanan health-tech juga semakin ini didukung dengan semakin tingginya permintaan jasa digital. Riset yang dilakukan Google, Temasek dan Bain & Company 2020 menunjukkan bahwa 37 persen dari digital services konsumen pada tahun lalu adalah konsumen baru, di mana 93 persen akan terus menggunakan layanan jasa digital setelah sisi lain servicification adalah ketika semakin besarnya proporsi input sektor jasa dalam sebuah proses manufaktur. Dalam proses manufaktur, proporsi input sektor jasa semakin besar. Pada proses produksi manufaktur, setidaknya terdapat sejumlah input jasa, seperti jasa legal, jasa informatika, jasa engineering, jasa real estate, jasa perpajakan dan jasa servicification saat ini telah dilakukan lintas batas, di mana perusahaan manufaktur di suatu negara memakai input sektor jasa dari negara lain. Berdasarkan analisis KPMG, nilai transaksi untuk Information Technology Outsourcing ITO dan Business Process Outsourcing BPO secara global mencapai US$167,9 miliar. Angka-angka tersebut menunjukkan besarnya peluang bagi sektor jasa di Indonesia. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Editor Feni Freycinetia Fitriani Konten Premium Nikmati Konten Premium Untuk Informasi Yang Lebih Dalam
Park(1989) dan Bon (1988 & 1992) dalam Rameezdeen, Zainudeen, dan Ramachandra (2004) menyatakan bahwa industri konstruksi sebagai salah satu penghasil multiplier effect juga memiliki hubungan keterkaitan kebelakang dan kedepan serta keterkaitan dengan sektor lain. Hubungan ketergantungan yang terjadi dengan sektor ekonomi yang lain tidak hanya bersifat statis tetapi dapat pula dinamis. Djakarta, Kominfo – Perdagangan digital merupakan salah satu sektor yang harus terus dikembangkan dan dikelola dengan baik. Untuk itu, pemerintah harus menciptakan ekosisteme-commerce yang adil dan bermanfaat. Transformasi digital juga harus tetap menjaga kedaulatan dan kemandirian bangsa agar Republic of indonesia tidak menjadi korban perdagangan digital yang tidak adil. “Negara-negara lain banyak yang mengalami ini, kita tidak boleh menjadi korban perdagangan digital yang tidak adil,” tegas Presiden dalam sambutannya saat membuka secara resmi Rapat Kerja Nasional Kementerian Perdagangan Tahun 2021 di Istana Negara, Jakarta, Kamis 04/03/2021. Presiden berpandangan bahwa perdagangan digital harus mampu meningkatkan implementasi terhadap kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri TKDN. Produksi dalam negeri juga harus terus didorong dan harus memberikan kemanfaatan bagi semua pihak terutama usaha kecil, usaha menengah, dan para konsumen rumah tangga. “Jangan hanya menambah impor. Saya senang impor turun, tapi jangan sampai yang turun itu di barang modal atau bahan baku. Yang turun itu di barang-barang konsumsi, itu bagus. Selalu saya lihat detail di Bea Cukai angka-angkanya setiap hari,” imbuhnya. “Sekali lagi kita bukan bangsa yang menyukai proteksionisme karena sejarah membuktikan bahwa proteksionisme justru merugikan. Tetapi, kita juga tidak boleh menjadi korbanunfair practices dari raksasa digital dunia. Transformasi digital adalahwin-win solution bagi semua pihak,” sambungnya. Perdagangan digital juga harus mendorong pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah UMKM Indonesia. Presiden menilai, kekuatan digital harus dimanfaatkan untuk merangkai antara suplai dari UMKM di seluruh Indonesia dengan pasar nasional dan pasar global. “Perdagangan digital harus memberdayakan UMKM kita. Yang kecil-kecil ini kalau diangkat, diberikan peluang, saya melihat banyak sekali ada keripik usahanya rumah tangga bisa ekspor ke Korea, bisa ekspor ke Jepang. Kecil-kecil tapi kalau ini kita detail dan bekerja keras untuk mereka, ini juga bukan sesuatu yang sulit. Hanya diubah sedikit, kemasannya diperbaiki,make-nya diperbaiki, didorong untuk ekspor,” paparnya. Untuk itu, jika ada praktik perdagangan digital yang berperilaku tidak adil terhadap UMKM, Presiden meminta agar segera diatur dan harus segera diselesaikan. Presiden telah menyampaikan kepada Menteri Perdagangan untuk memperingatkan jika di perdagangan digital ada yang “membunuh” UMKM. “Kita harus membela, melindungi, dan memberdayakan UMKM kita agar naik kelas, ini salah satu tugas terpenting Kementerian Perdagangan,” tegasnya. Kerja Keras Pulihkan Ekonomi atu tahun sudah pandemi Covid-xix melanda dunia, tak terkecuali Indonesia. Pandemi juga mengakibatkan kinerja perekonomian Republic of indonesia menjadi sangat terganggu. Namun, dalam situasi perekonomian dunia yang penuh dengan ketidakpastian ini, Republic of indonesia patut bersyukur bahwa kinerja perdagangan luar negeri tahun 2020 cukup baik, yakni surplus miliar. Kepala Negara menyebut akibat pandemi, pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020 jatuh di minus 2,nineteen persen. Untuk itu, Presiden mengingatkan semua pihak untuk bekerja keras mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia yang sempat tersungkur akibat pandemi Covid-19. “Akibat pandemi selama setahun ini kinerja perekonomian kita berada dalam situasi yang tidak mudah. Oleh sebab itu, kita semua harus bekerja keras untuk mempercepat pemulihan perekonomian nasional kita. Target di dalam APBN tahun ini, pertumbuhan ekonomi kita harus mencapai angka kurang lebih 5 persen, bukan sesuatu yang mudah dari minus 2,nineteen persen,” ujar Presiden. Dalam kaitan tersebut, Presiden meminta agar kebijakan perdagangan memberikan kontribusi besar terhadap calendar strategis pemulihan perekonomian nasional Indonesia. Seluruh jajaran pun diminta untuk bekerja dengan cara-cara baru dan beradaptasi dengan perubahan, serta meninggalkan cara-cara lama. “Kebijakan perdagangan harus menjamin ketersediaan kebutuhan pokok dengan harga yang terjangkau. Ini selalu saya ingatkan. Dalam negeri ini harus betul-betul urusan stabilitas harga, ketersediaan pasokan harus betul-betul terjamin,” ungkapnya. Selain itu, kebijakan perdagangan juga harus menghidupkan sektor perekonomian yang sempat terganggu akibat krisis. Presiden meminta jajarannya untuk bekerja lebih detail dengan memperhatikan sektor-sektor mana saja yang terganggu berikut dengan solusi yang terbaik untuk menyelesaikannya. Presiden juga meminta agar jajarannya bisa terus mengundang investasi baru. Menurutnya, kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah di investasi karena tidak mungkin pemerintah menambah APBN secara drastis. “Artinya, kuncinya ada di investasi serta menciptakan peluang kerja yang sebanyak-banyaknya. Ini yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat karena sudah ada sekarang ini hampir 10 juta pengangguran di negara kita, baik karena pandemi dan juga angkatan kerja baru,” imbuhnya. Kepala Negara pun menegaskan bahwa tahun 2021 adalah tahun pemulihan yang harus dilandasi dengan semangat dan optimisme. Untuk itu, secara khusus Presiden meminta kepada seluruh jajaran Kementerian Perdagangan untuk tidak hanya bekerja normatif, namun harus ada terobosan-terobosan kreatif dan inovatif. Untuk diketahui, Rapat Kerja Nasional Kementerian Perdagangan Tahun 2021 ini mengambil tema “Perdagangan sebagai Sektor Penggerak Utama Pemulihan Ekonomi Nasional”. Rapat ini juga diikuti oleh sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju, Duta Besar WTO, Atase Perdagangan/Perwakilan Perdagangan di luar negeri, dinas perdagangan provinsi dan kota/kabupaten, hingga asosiasi pelaku usaha yang hadir secara virtual. Turut hadir secara langsung mendampingi Presiden dalam acara tersebut antara lain Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.