PKBSiap Cak Imin jadi Cawapres jika Berkoalisi dengan Gerindra. Kedua, kata Umam, Gerindra telah berhitung bahwa salah satu faktor kekalahan Prabowo di Pilpres 2014 dan 2019 karena terjadinya defisit dukungan di wilayah Jawa Timur. Oleh karenanya, penguasaan wilayah Jawa Timur diharapkan mampu mendorong kemenangan Prabowo di pilpres mendatang.
– Banyak teman-teman aktivis HMI-Wan bertanya kepada teman-teman aktivis HMI-Wati yang berada di dalam Korps HMI-Wati Kohati, di sela-sela kami sedang mengadakan kegiatan-kegiatan, berdiskusi kecil-kecilan, diskusi ringan, di Sekretariat Kohati Cabang Medan, pertanyaannya kira-kira seperti ini; Bagaimanakah yang dimaksud Kohati atau HMI-Wati tangguh itu? Teman-teman HMI-Wati Kohati menjawabnya secara datar dan normatif. Mungkin mereka menjawabnya sesuai dengan wawasan atau pengetahuan yang mereka dapatkan di dalam training Kohati, seperti Latihan Khusus Kohati LKK. Apa pun jawaban mereka itu, menurut saya sangat benar dan sangat memuaskan. Akan tetapi teman-teman saya dari kaum HMI-Wan kurang puas mendengarkan jawaban mereka. Malah mereka melakukan Brainstorming memunculkan pertanyaan baru dari jawaban Kohati dan dengan masalah baru, begitu selanjutnya kepada HMI-Wati Kohati yang menjawabnya. Bahkan tidak jarang menimbulkan debat kusir saat membahas tentang gender dan poligami. Terkait mengenai fenomena ini, saya sangat tertarik membicarakannya lewat tulisan sederhana ini. Dapat dipastikan secara keseluruhan, pembicaraan-pembicaraan yang demikian tadi terjadi juga di berbagai Cabang HMI atau Kohati-Kohati se-Nusantara. Secara jujur dan berbangga hati, tangagapan saya mengenai hal demikian, walau sering terjadi debat kusir antara teman-teman HMI-Wan dan teman-teman HMI-Wati Kohati, tanpa ada kesimpulan yang mengkerucut, sangat konstruktif membangun. Saya mengatakan sangat konstruktif karena ini merupakan suatu dinamika wacana tentang isu-isu keperempuanan secara ilmu pengetahuan umum dan juga wacana tentang keperempuanan dalam pandangan ajaran agama Islam. Dari dinamika wacana yang sangat konstruktif itu, maka wacana kader-kader HMI baik HMI-Wan dan Kohati akan semakin terbuka. Wawasan semakin bertambah luas, dan pikiran terbuka dan pandai menimbang-nimbang pendapat. Kader-kader HMI HMI-Wan dan Kohati akan lebih memahami bahwa ajaran agama Islam itu tidak dipandang sempit terkait masalah pembahasan keperempuanan di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dengan luasnya pemahaman kita terkait keperempuanan dalam pandangan Islam maka tidak lagi memandang perempuan secara parsial. Tidak lagi memandang bahwa kelas perempuan itu di bawah kelasnya laki-laki. Bagi kelompok yang memandang bahwa kaum perempuan itu tendah dan atau berada di bawah kaum laki-laki, menurut saya kelompok tersebut telah menafikkan ajaran Rasulullah Saw. dan juga tidak menghargai perjuangan Rasulullah Saw. dalam memperjuangkan harkat dan martabat perempuan-perempuan yang tertindas di zaman Arab jahiliyah. Bukankah Rasulullah Saw. mengatakan tiga kali kata “ibumu” kemudian baru sekali saja kata “bapakmu” pada saat seorang pemuda bertanya pada Rasulullah Saw. kepada siapakah ia berbakti? Bukankah orang yang pertama mendukung dan menafkahkan seluruh hartanya untuk perjuangan Rasulullah Saw. dalam menyebarkan agama Islam, yaitu seorang perempuan yang kaya raya, yang menjadi istri Rasulullah Saw. yaitu Siti Khadijah? Dan Muhammad Saw. itu tidak tidak diangkat menjadi seorang Nabi dan Rasul kecuali meluruskan tauhid kepada Allah Swt, memperbaiki akhlak manusia, melindungi/memerdekakan budak atau kaum-kaum tertindas musthada’afin dan juga melindungi serta mengangkat harkat martabat kaum perempuan. Jika kita membaca sejarah pra kenabian dan juga pra kerasulan Muhammad Saw. kaum perempuan itu dijadikan budak, barang dagangan untuk memenuhi hawa nafsu seksual kaum laki-laki jahiliyah, dijadikan sebagai penghibur, dijadikan barang undian judi, dan bahkan anak perempuan yang lahir dianggap membawa sial bagi keluarga maka harus dikubur secara hidup-hidup. Tingkahlaku jahiliyah itu terjadi di mana-mana bukan hanya di Arab pada masa itu. Di zaman sekarang juga muncul lagi beberapa perbuatan dzalim yang kita sebutkan tadi. Perempuan dijadikan penghibur dan alat pemuas nafsu seksual laki-laki, dijadikan barang dagangan baik impor dan ekspor, perempuan dijadikan model-model seksi sales untuk memasarkan suatu produk. Bahkan ada seorang ayah tidak mensyukuri jika anaknya yang baru lahir berjenis kelamin perempuan. Pemahaman yang seperti ini harus diluruskan kembali. Jika dahulu perempuan dijadikan yang seperti yang kita sebutkan tadi karena dipaksa oleh tuan-tuannya, diperbudak oleh orang-orang jahil dan tidak beradab, hari ini perempuan-perempuan diperbudak oleh faktor ekonomi. Bahkan ada pula perempuan-perempuan masa kini yang menyenangi profesi maksiat yang ia lakukan. Selanjutnya, terkait adanya penyebutan Kohati Tangguh yang sering kita dengar di dalam organisasi kita HMI, menurut saya sosok Kohati Tangguh adalah bagaimana ia Kohati memahami jati dirinya sebagai perempuan yang mana derajatnya telah diangkat dan dilindungi oleh Allah Swt. lewat Al-Qur’an dan memahami harkat martabatnya seperti yang telah diperjuangkan oleh Rasulullah Saw. Setelah HMI-Wati Kohati memahami hal-hal tersebut, maka dia akan mempraktikkan apa yang telah diperintahkan Allah Swt. serta Rasuln-Nya dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh Allah Swt. serata Rasulullah Saw. Jadilah ia Kohati Tangguh. Kohati Tangguh akan mempertahankan kesuciannya, harkat dan martabatnya sehingga tidak diperbudakan oleh sistem-sistem buatan manusia yang menurunkan derajatnya kesuciannya. Kohati Tangguh akan mempertahankan derajat kesuciannya sebagai perempuan Muslimah dari perbudakan dan diskriminasi adat istiadat yang berlaku. Kohati Tangguh tidak mudah terpengaruh oleh formalisme dan normativisme yang sifatnya materialisme karena dapat merusak masa depannya sebagai seorang perempuan. Dan Kohati Tangguh tidak akan sudi digadaikan atau menggadaikan martabatnya sebagai perempuan demi mengejar harta dan jabatan. Selanjutnya, Kohati Tangguh tida hanya dipandang dari fisiknya, militansinya dan loyalitasnya kepada organisasinya saja. Akan tetapi, dilihat juga dari militansinya untuk menjadi seorang perempuan yang sholeha. Mempersiapkan dirinya menjadi seorang perempuan yang berkualitas karena kelak dia akan menjadi seorang ibu yang membesarkan dan merawat anak-anaknya. Kohati Tangguh siap mengabdi kepada Tuhannya, Allah Swt. serta kepada Rasul-Nya dan menuruti suaminya selama berada di jalan Allah Swt. Kohati Tangguh juga dapat memperjuangkan kaum-kaum perempuan yang tertindas oleh sistem tanpa harus menjadi seorang pejabat publik. Kohati Tangguh dapat menyuarakan aspirasi-aspirasi perempuan selama itu tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam, yang menjadi asas dalam organisasinya. Artinya, Kohati Tangguh dapat menjadi aktivis perempuan atau pejuang perempuan tanpa harus seperti yang digambarkan oleh orang-orang Barat, dengan fisik harus seperti laki-laki, gaya hidup seperti laki-laki, dan menyamakan tanpa batas. Kohati Tangguh tidak lagi terpenjara dengan adanya stigma dan cara pandang persepsi masyarakat bahwa perempuan itu tidak ada gunanya sekolah tinggi-tinggi, toh nanti di dapur juga, toh nanti memasak juga, mencuci piring dan baju suami. Ini adalah cara pandang yang sempit dan salah memahami kalimat “melayani suami” dan salah memahami tugas seorang perempuan. Melayani suami memang menjadi tugas seorang isteri perempuan, akan tetapi memahami kalimat itu saya tekankan tidak secara sempit. Terkait masalah di dapur memasak, di sumur mencuci, menyapu dan pekerjaan umum lainnya yang sering dikerjakan perempuan, laki-laki juga harus mengerjakannya selagi isteri sedang tidak bisa mengerjakannya, misalnya si isteri sedang sakit. Atau pekerjaan itu dapat dilakukan secara bersama-sama apabila suami sedang tidak sibuk bekerja, karena itu merupakan tanda daripada harmonisnya dan romatisnya hubungan suami-isteri. Bukankah Rasulullah Saw. pernah mencontohkannya ketika bersama Aisyah ra. di dapur pada saat memasak, Rasulullah Saw. membantu isteri tercinta untuk menyiapkan makanan walau seadanya. Bukankah Rasulullah Saw. juga pernah membersihkan rumahnya. Bukan berarti pula perempuan isteri mengabaikan selama pekerjaan itu dan harus setiap hari dikerjakan si suami. Ada memang suatu pekerjaan bisa dilakukan suami tapi tak bisa dikerjakan si isteri, begitu juga sebalik, pekerjaan yang dapat dikerjakan si isteri tapi tidak dapat dikerjakan oleh seorang suami. Dan ada juga pekerjaan yang sama-sama dapat dikerjakan, tanpa harus melihat apakah dia seorang perempuana tau dia seorang laki-laki. Tidaklah mungkin seorang suami dapat memberikan menyusui Air Susu Ibu ASI kepada bayi mereka. Tidak mungkin pula jika seorang isteri menjadi imam shalat berjama’ah di rumah dan si suami menjadi makmumnya. Tidak etis pula seoranga suami memasak sedangkan si isteri lagi bersantai-santai sambil mendengarkan alunan musik instrumental. Pastinya tidak jadi masalah pula jika si suami memasak atau membersikan lantai rumah saat si isteri sedang menyusui anaknya yang masih bayi. Tidak masuk di akal atau tentunya tidak tega jika si isteri mencari nafkah penghidupan keluarga sedangkan si suami duduk santai menghabiskan waktu di Warung Kopi sambil bermain catur dan atau bermain kartu judi. Terkait masalah-masalah yang demikian dan hal-hal yang belum dapat saya sebutkan dalam tulisan ini, tentunya Kohati Tangguh sudah duduk pemahamannya terkait masalah demikian. Maka dari itu, menurut saya mereka HMI-Wati bukan hanya dapat disebut sebagai Kohati Tangguh, tapi juga HMI-Wati yang menjadi sosok perempuan ideal. Seperti yang saya bicarakan dalam tulisan-tulisan sebelumnya. Akhir kata, saya kutipkan sebuah hadits dari Rasulullah Saw. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim; “Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah perempuan-perempuan sholeha.” Mudah-mudahan Allah Swt. menjadikan Kohati Tangguh menjadi sebaik-baiknya perhiasan dunia seperti yang dimaksudkan dalam hadits tersebut, yaitu menjadi perempuan yang sholeha. Amiinn.[] Penulis Ibnu Arsib Instruktur HMI Cabang Medan *Artikel ini lebih dulu dimuat di pada 2018. Continue Reading
TotalKohati Badko HMI berjumlah 20 dan yang dapat berkesempatan hadir sebanyak 16 delegasi Kohati Badko. Kohati Badko Jabodetabeka-Banten, Jawa barat, Jawa tengah, Jawa Timur, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera bagian Selatan, Jambi, Riau-Kepri, Kalimantan Barat, Kalimatan Selatan-Tengah, Sulawesi Selatan-Barat, Sulawesi Tengah, Bali-Nusra, Papua-Papua Barat.
PERAN KOHATI DALAM MENCETAK KADER HMI- WATI SEBAGAI FIGUR YANG BERPENGARUH DALAM MEMBINA MASYARAKAT INDONESIAPERAN KOHATI DALAM MENCETAK KADER HMI- WATI SEBAGAI FIGUR YANG BERPENGARUH DALAM MEMBINA MASYARAKAT INDONESIAWomen is one of the human resources who's also influence the development in a country. A lot of women had been influential in the development of Indonesia. A woman should not just shut up and hide in the backs of men only as a complement of life. There are some organizations that participate actively in the fight for the rights of women and feminism, one of whom Corps HMI-Wati KOHATI. KOHATI formally established in the first National Conference, to coincide with the September 17, 1966/ 2 Jumaddil Akhir 1386 H in Solo. KOHATI is one of the special body ex-officio of HMI. KOHATI stood out because at first time, there is no field to concentrate fully on the issues of femaleness in HMI. KOHATI should create HMI-Wati like her job and the function of a women as a child, mother and a figure that protect the society like a Mars of KOHATI, " Membina masyarakat Islam Indonesia "

Trainerpada Training of Trainer (TOT) Analisa Anggaran Publik (APBD) oleh MCW-YAPPIKA di Batu, 28-30 April 2004 6. Pemateri Women budget Analysis pada Latihan Khusus Kohati oleh Kohati HMI Cabang Malang di Batu, 25-30 April 2004 7. Fasilitator Pelatihan Advokasi Kebijakan APBD oleh MCW-YAPPIKA di Batu, 26-27 Mei 2004 8.

KOHATI adalah kependekan dari Korps HMI Wati, kenapa dulunya bukan dibuat jadi himpunan HMI wati, kumpulan wanita HMI, atau bahkan kenapa bukan kelompok HMI wati ?. Jadi, kenapa menjadi Korp HMI wati, karena korps disini menjadi sebuah wadah untuk para kader HMI Wati dalam mengembangkan potensi kader HMI wati. Selain itu tujuannya adalah untuk men-setarakan gender antara HMI wan dan HMI wati. KOHATI didirikan pada tanggal 17 September 1966, didirikan di Surakarta oleh 7 Ayunda. Alasan didirikannya KOHATI dari faktor internal adalah karena para HMI wati pada jaman itu merasa tidak bisa mengembangkan potensi dari kader-kader HMI wati, sedangkan faktor eksternal yaitu pada jaman tersebut terbentuk gerakan dari perempuan yang berbasis komunis dan dirasa mengancam yakni GERWANI. Tujuan dari KOHATI sendiri adalah untuk “Mewujudkan Muslimah Yang Berkualitas Insan Cita”. Tidak lepas dari 4 tujuan seorang perempuan yakni menjadi Anak Putri, Istri, Ibu, dan Anggota Masyarakat. Salah satu pepatah “Perempuan adalah tiang Negara”, dari sini dapat kita telaah kenapa bisa sedemikian pentingnya perempuan ya karena perempuan yang baik akan melahirkan generasi yang baik pula. KOHATI bersifat badan semi otonom, dalam hal ini apa yang dilakukan oleh KOHATI harus tetap berpedoman kepada AD dan ART dari HMI itu sendiri. Selain itu, KOHATI bersifat ex-oficio dari HMI, artinya KOHATI memiliki Rangkap jabatan di HMI, maksudnya disini adalah formateur dari KOHATI otomatis menjadi Kabid PP di HMI.

JAKARTA Didirikan pada 5 februari 1947, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) bukan organisasi yang dapat dikatakan muda lagi. Kiprahnya dalam mewarnai kehidupan umat dan bangsa telah membuktikan organisasi ini cukup berguna bagi Indonesia. Minimal, ada jasa yang diberikan pada Tanah Airnya. Kadernya progresif, militan, tahan pukul, jago bersilat lidah, dan konsumen setiap penjual buku
Oleh Ulfa Dahliyani Ritonga* KOHATI Korps HMI Wati, kurang lebih satu periode sudah aku berproses di KOHATI. Bukan berarti selesai, ungkapan itu hanya sebagai kiasan terusan dari amanah yang kini aku emban dalam wadah yang lebih struktural yakni di komisariat. Walaupun begitu, satu periodesasi di KOHATI dapat membuat Intelegence Question ku tidak begitu terkejut dengan dinamika proses yang tentunya lebih dewasa. Berbicara mengenai KOHATI, aku pribadi memandang KOHATI sebagai wahana untuk mengakomodir potensi dan menampung aspirasi para HMI-Wati. Ya, begitulah pandanganku tentang KOHATI secara eksplisit. Karena pertukaran masa memang menjadi alasan utama mengapa wanita memang benar-benar membutuhkan wadah khusus untuk mengembangkan potensi wanita, tidak hanya di HMI tapi secara keseluruhan, hal ini tentunya karena wanita itu istimewa sebagaimana juga Islam memandang itu. Sehingga wanita sering di nisbatkan sebagai perhiasan, sebagaimana hadits Rasulullah SAW “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang shalihah.” Muslim. Berkenaan dengan alasan lahirnya KOHATI sejarah juga mengatakan demikian, sedikit kita beranjak ke sejarah KOHATI, KOHATI sendiri didirikan pada tanggal 2 Jumadil Akhir 1386 H bertepatan dengan tanggal 17 September 1966 M pada Kongres VIII di Solo. Ada dua alas an utama yang mendorong lahirnya Kohati, yaitu Secara internal, departemen keputrian pada waktu itu sudah tidak mampu lagi menampung aspirasi para kader HMI-Wati, disamping itu basic-needs anggota tentang berbagai persoalan keperempuanan kurang bisa difasilitasi olehHMI. Secara eksternal, HMI mengalami tantangan yang cukup pelik dikaitkan dengan hadirnya lawan ideologisnya HMI, yaitu komunisme yang masuk melalui pintu gerakan perempuan Gerwani. Selain itu maraknya pergerakan keperempuanan yang ditandai dengan munculnya organisasi perempuan dengan berbagai variasi bentuk ideologi, pilihan isu, maupun strategi gerakannya membuat Hmi harus merapatkan barisannya dengan cara terlibat aktif dalam kancah gerakan perempuan berbasis organisasi perempuan. Sejarah mengatakan bahwa sekitar tahun 1960-an banyak bermunculan organisasi eksternal keperempuanan yang melawan ideologis bangsa. Jadi perubahan masa yang menjadi alsan utama hadirnya KOHATI sebagai perenggut perusak ideologis bangsa yang dibungkus dalam organsisi eksternal keperempuanan seperti GERWANI dan lain sebagainya. Pada awal kemunculannya, KOHATI terus gencar dan fokus dalam meretas itu semua. Seiring dengan perkembangan zaman, terkhusus kebangsaan dan khazanah pendidikan, KOHATI hingga hari ini tetap memiliki tempat dibangsa ini, artinya KOHATI tetap eksis hingga hari ini karena dia berbuat, karena KOHATI itu pandai menyesuaikan diri. Seperti kata Priof Haidar Putra Daulay Survival Of The Fittest , yang paling bertahan ialah ia yang paling bisa menyesuaikan diri. KOHATI sebagai wadah pengembangan potensi HMI-Wati tetap menjadikan penyesuaian terhadap zaman sebagai toalk ukur utama dalam mengevaluasi diri. Ungkapan HMI-Wati Siapakah HMI-Wati? banyak yang bilang HMI-Wati otomatis adalah KOHATI, padahal bukan. Sederhananya KOHATI itu sudah pasti HMI-Wati sedangkan HMI-Wati belum tentu KOHATI, lebih sederhana lagi kita bahas dari kata KORPS HMI-WATI, ya kata korps disitu menjadikan HMI-Wati terhimpun dalam sebuah wadah khusus yakni KOHATI. HMI-Wati adalah seorang mahasiswi yang sudah menyelesaikan Latihan kader 1 LK 1, kedepan seorang mahasiswi tersebut jika menjadi pengurus di komisariat maka ia bukan KOHATI tetapi HMI-Wati. Pada dasarnya tak ada masalah dalam penyebutan itu, tinggal lagi ini menjadi hal yang tetap perlu dibahas agar kita benar-benar memahami KOHATI dari hal terkecil seperti ini. Jadi kedepan para HMI-Wati yang terhimpun dalam KOHATI memiliki analisis yang sangat kritis sehingga tetap dapat menjaga eksistensi KOHATI terlebih dalam era milenial ini yang benar-benar kecerdasan dan intelektual menjadi First Power. Saat ini KOHATI telah berusia 51 tahun sejak kelahirannya pada tanggal 2 Jumadil awal 1386 H atau bertepatan pada tanggal 17 September 1966 M. sebagai badan khusus KOHATI bertugas membina, mengembangkan dan meningkatkan potensi HMI-wati dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan. Sebagai lembaga perkaderan, KOHATI sesungguhnya memiliki tujuan yang mulia, yakni terbinanya muslimah yang berkualitas insan cita. Berbagai dinamika perkembangan KOHATI dari periode ke periode menunjukkan karakter dan pencirian yang berbeda-beda. Misalnya saja dapat dilihat pada awal pembentukannya, terdapat tiga semangat yang melatarbelakangi lahirnya KOHATI ini, yakni eksistensi, aktualisasi serta akselerasi. Eksistensi yang dimaksud adalah adanya suatu semangat dan kesadaran dari kaum hawa untuk dapat menjadi subjek dalam pembangunan bangsa. Eksistensi KOHATI menjadi salah satu hal yang sangat penting, karena ia menjadi “laboratorium hidup” dalam menghasilkan HMI-wati yang berkualitas menghadapi masa depan. Sedangkan, aktualisasi bermaksud untuk menyatakan dalam tindakan nyata untuk mengadakan pembaharuan dan perbaikan dalam menghadapi tantangan zaman yang senantiasa berubah. Serta, akselerasi adalah semangat dalam melakukan percepatan peran sosiologis dan politis, ditunjukkan sebagai lembaga yang ikut mewarnai masa depan Indonesia. Pembaharuan yang terjadi diberbagai belahan dunia dalam hal membangun kesetaraan masih bergulir hingga sekarang. Pada akhirnya gerakan keperempuanan diseluruh dunia memiliki kekuatan tersendiri. Di Indonesia para pejuang nasionalisme dari kaum perempuan telah ada jauh sebelum kemardekaan Indonesia, seperti Cut Nyak Dien, Kartini, Dewi Sartika dll. Hal ini seharusnya menjadi cerminan bagi KOHATI untuk terus melakukan pembaharuan dalam membangun gerakan yang lebih aktif. KOHATI sebagai salah satu pilar HMI, memiliki fungsi dan peran khusus dalam menjalankan misi organisasi. KOHATI yang merupakan perpanjangan tangan organisasi induk dalam wacana keperempuanan harus mampu mengawal isu yang berkembang dimasyarakat dalam bidang keperempuanan. Memperhatikan hal tersebut, KOHATI saat ini belum banyak menyumbangkan pemikiran-pemikiran brilian jika dibandingkan dengan sumbangsih HMI. KOHATI sebagian besar hanya menjadi penonton tanpa melakukan upaya perbaikan baik itu ditubuh KOHATI maupun terhadap bangsa. Kebesaran KOHATI saat ini masih menumpang pada kejayaan HMI dimasa lalu. Pertanyaan yang lahir, akan kah KOHATI tetap seperti ini?. Harapanku untuk KOHATI di Masa depan Jika ditinjau ulang tujuan KOHATI ialah menciptakan muslimah insan cita. Seperti yang kita ketahui, empat kriteria muslimah insan cita, terdiri dari kepribadian muslimah, Intelektual, Profesional dan Mandiri untuk tetap menegakkan bendera HMI dalam bidang pergerakan perempuan. Hal ini perlu dimiliki oleh KOHATI, jika KOHATI mempersiapkan diri untuk melahirkan kader-kader impian. Kenyataan yang selama ini terjadi KOHATI hanya jalan ditempat dan terkurung oleh konflik internal dalam tubuh KOHATI. Ya, lagi-lagi dinamika yang ada sepertinya lebih dahulu dewasa daripada kader yang ada, atau kadernya yang belum siap akan dinamika yang terus mendewasakan diri? Sangat simpel sebenarnya, sebagai organisasi kader tentunya setiap permasalahan yang ada pasti disebabkan dan akan dipecahkan oleh kader itu sendiri. Artinya ini sebuah keniscayaan, seorang kader memang ditempah untuk menciptakan masalah lalu belajar menyelesaikan masalah itu sendiri. Problem to day, seorang kader taunya membuat masalah mereka lupa menyelesaikan masalah itu, karena kader-kader tadi memiliki anggapan akan adaa kader lain yang menyelesaikan masalah yang telah mereka buat, ini konyol. Dari hal tersebut saya memiliki tiga harapan utama yang terbesit dalam benak saya Peran Aktif KOHATI KOHATI memiliki tanggung jawab yang sangat besar khususnya kepada kader HmI-Wati dan umumnya untuk perempuan di Indonesia, agar mereka menjadi lebih produktif dan mandiri dalam menghadapi segala tantangan zaman yang ada. Dalam wadah KOHATI ini, merupakan labolatorium bibit unggul perempuan-perempuan profesional yang akan memutar misi organisasi HMI mewujudkan masyarakat ADIL MAKMUR yang diridhoi oleh ALLAH SWT. Jadi jelas, disini dibutuhkan seorang HMI-Wati yang benar-benar berperan aktif menghadirkan jasad dan ruhnya dalam KOHATI Pembinaan KOHATI Saatnya membenahi Wadah KOHATI dengan proses pembinaan yang jelas dan terstruktur, Wadah KOHATI harusnya menyiapkan para perempuan profesional untuk membentuk HmiWati yang mampu merespon perkembangan zaman. Lima tahun yang akan datang, Sepuluh tahun yag akan datang, maupun dua puluh tahun yang akan datang dengan adanya bonus demografi yang akan dialami bangsa indonesia setidaknya bibit perempuan hari ini mepunyai skill dan harus membentuk mental yang siap menyongsong masa depan. KOHATI Pribadi yang Mandiri Berbekal YAKIN dari pribadi yang ditanamkan, akan melahirkan tata nilai yang benar, adaptif di lingkungan, siap merespon issu yang berkembang dan memberi gagasan solusi atas permasalahan yang harus terus di perbaiki dengan USAHA yang merupakan peluang saat ini bagi Hmi-wati membentuk skill, pemahaman mengkonstruksi pribadi untuk menanamkan kemandirian sejak dinidengan ditempa mandiri secara mental, mandiri secara personal, mandiri secara pikiran dan mandiri secara ekonomi dengan merespon peluang usaha di daerah yang bisa dikembangkan. Agar SAMPAI pada bagaimana pemetaan perkaderan dalam wadah KOHATI di masa depan sebagai output pembinaan kader HmiWati menyiapkan Sepuluh tahun atau Duapuluh tahun mendatang menjadi perempuan profesional yang mempunyai energi untuk mendorong pembangunan Indonesia dalam setiap tantangannya *Bendahara Umum HMI Komisariat Tarbiyah Periode 2017-2018 Tentuini bukan pilihan yang bijaksana. Bakri, sepertinya, bukan tipe orang bodoh yang enggan belajar dari kesalahan-kesalahan di masa lalu. Ibarat kata-kata orang tua dulu, "anak SMA jangan melakukan kesalahan anak SD."*** Halaman 1 2. Lihat Semua HMI: Bongkar hingga ke Akar . 21:00 WIB, 03 Agustus 2022. LHOKSEUMAWE - Himpunan

Berdirinya HMI di Yokjakarta tanggal 5 Pebruari 1947 digerakkan oleh 15 orang Mahasiswa yang diantaranya terdapat 2 orang perempuan yaitu Misyarah Hilal dan Siti Zainah. Dalam perkembangan selanjutnya muncullah Siti Baroroh, Tujimah, dan Tedjaningsih. Kehadiran mereka memberikan kesadaran untuk secepatnya membentuk kohati. KOHATI didirikan pada tanggal 2 Jumadil Akhir 1386 H bertepatan dengan tanggal 17 September 1966 M pada Kongres VIII di SOLO. Secara khusus motivasi mendirikan wadah khusus keperempuanan didasarkan berbagai faktor yaitu. 1. Semangat ke-Islaman HMI-Wati yang tinggi 2. Semangat emansipasi wanita yang membawa keberhasilan diberbagai bidang. 3. Semangat persatuan yang didasarkan rasa senasib dalam memperjuangkan kemerdekaan fisik maupun spiritual para wanita indonesia. 4. Rasa tanggung jawab yang besar dalam membangun masyarakat. 5. HMI-Wati mempunyai cita- cita yang mulia, untuk itu memerlukan wadah dalam membina dan mengembangkannya. 6. HMI sendiri membutuhkan kekuatan massa yang besar dalam segala aspek perjuangan. Berbagai Latar Belakang berdirinya KOHATI. Dijelaskan dalam buku Korp HMI Wati Dalam Sejarah 1966-1994 yaitu Pertama, Perjuangan HMI makin meningkat sesuai dengan gerakan perjuangan bangsa. Terutama pada masa peralihan dari orde lama menuju orde baru. Peningkatan kesadaran kaum wanita dan masyarakat pada umumnya untuk aktif dalam aspek kehidupan semakin besar. Oleh karena itu, dalam rangka pencapaian tujuan HMI lebih maksimal, dilakukanlah pembagian tugas yang lebih efektif. Manifestasi dari pembagian tugas tersebut dikembangkanlah lembaga- lembaga khusus. Misalnya Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam, Lembaga Pers Mahasiswa Islam, Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam, Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam dan lain lain sesuai dengan kebutuhan anggota. Kesadaran untuk lebih meningkatkan peranan dan aktifitas HMI- Wati telah mendorong terbentuknya Corps HMI-WAti COHATI. Jika dikatakan HMI merupakan kader ummat dan kader bangsa, dengan demikian HMI-Wati turut serta bersamanya menjadi kader wanita islam. Untuk itu sudah sewajarnyalah jika HMI-Wati melakukan suatu usaha untuk meningkatkan kualitas dan perananya dalam setiap gerak HMI. Kedua, dapat di kutip disini keterangan Anniswati Rokhlan ketua umum pertama KOHATI PB HMI yang dimuat dalam majalah COHATI sebagai berikut Banyak sekali arti yang dapat diambil dari eksistensi KOHATI dalam HMI. Semula memang maksud didirikanya KOHATI adalah pengerahan massa dalam KAP Kesatuan Aksi Pengayangan GESTAPU/PKI, dimanakita ikut berpartisipasi aktif. Dalam bentuk Departemen Keputrian, paling- paling hanya tiga atau empat orang saja yang bersedia bekerja, yang lain hanya menonton saja. Dengan korp HMI-wati, maka banyak HMI-Wati yang ambil bagian, sehingga dengan demikian lebih banyak kegiatan yang dilakukan dan lebih banyak HMI-Wati yang belajar dari pengalaman di HMI. Dengan kata lain pembinaan HMI-Wati sebagai anggota HMI lebih riil. Ketiga, mengutip keterangan Yulia Mulyati Mantan Sekretaris Umum KOHATI PB yang pertama dikatakan bahwa yang mendorong didirikanya KOHATI adalah karena dibentuknya berbagai korp dalam angkatan bersenjata sebagai wadah khusus perempuan, seperti Angkatan Laut punya KOWAL, Angkatan Darat punya KOWAD, Angkatan Udara punya KOWAU, Angkatan Kepolisian punya POLWAN, maka HMI punya KOHATI. Tujuan dari terbentuknya berbagai korp tersebut adalah untuk mengerahkan masa dalam menghadapi komunis. Yulia juga mengatakan gambaran sebenarnya yang mendorong berdirinya KOHATI adalah untuk pembentukan kader- kader HMI-Wati ysng dapat membawakan aspirasi HMI dimanapun berada, disamping itu juga kualitas dan kuantitas HMI-Wati semakin meningkat sehingga dirasakan sangat penting adanya sebuah wadah yaitu KOHATI. Mengutip pendapatnya Nurhayati Jamaz mengungkapkan bahwa situasi sosial-politik pada sekitar tahun 1966 menyebabkan timbulnya hasrat dan semangat dari seluruh unsur masyarakat yang ada untuk mempersatukan kekuatan dalam menumpas gerakan PKI pada waktu itu. PKI merupakan lawan ideologis HMI yang masuk melalui pintu gerakan perempuan GERWANI. Upaya HMI untuk bersentuhan langsung pada gerakan keperempuanan membawa konsekwensi logis masuknya HMI ke kancah perjuangan gerakan perempuan, baik formal maupun informal. Sebagai langkah taktis untuk masuk ke wilayah perempuan akan lebih efektif bila HMI memiliki kelompok kepentingan interest-group yang dapat diperhitungkan sebagai bagian langsung dari gerakan perempuan yang berbasis organisasi perempuan. Ada dua alasan yang paling mendasar membuat KOHATI didirikan yaitu 1. Secara internal, departemen keputrian yang ada pada waktu itu sudah tidak mampu lagi menampung aspirasi para kader HMI-Wati, disamping basic-needs anggota tentang berbagai persoalan perempuan kurang bisa di fasilitasi oleh HMI. Dengan hadirnya sebuah institusi yang secara spesifik menampung aspirasi HMI-Wati juga diharapkan HMI-Wati secara internal memiliki keleluasaan untuk mengatur diri mereka sendiri dan lebih memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan organisasi yang muncul dari basic-needs anggotanya sendiri yaitu kader HMI-Wati. 2. Secara eksternal, HMI mengalami tantangan yang cukup pelik dikaitkan dengan hadirnya lawan ideologis HMI yaitu komunis yang masuk melalui pintu gerakan perempuan GERWANI. Selain itu maraknya pergerakan perempuan yang ditandai dengan munculnya organisasi perempuan dengan berbagai pariasi bentuk ideologi, pilihan isu, maupun strategi gerkannya membuat HMI harus merapatkan barisannya dengan cara terlibat aktif dalm kancah gerakan perempuan yang berbasis organisasi perempuan. Atas dasar pertimbangan itulah pada tanggal 17 September 1966 M bertepatan dengan 2 Jumadil Akhir 1386 H pada Kongres VII di Solo dideklarasikan KOHATI. Terpilih sebagai Ketua Umum KOHATI pertama waktu itu adalah Anniswati Rokhlan Pembahasan tentang sejarah, dilaksanakan tersendiri dalam Bedah Pedoman Dasar KOHATI, materi sejarah. Panduan Up Grading >> pada acara seremonial/resmi KOHATI dan acara resmi organisasi >>> tidak dibenarkan dipakai pada acara resmi yang bersifat eksternal/diluar HMI 2. Bentuk gambar badge KOHATI Badge KOHATI adalah lambang KOHATI yang pemakaian nya di baju dengan perbandingan ukuran 23 – bulan, bintang, warna hijau, hitam >>> keseimbangan bagian warna hijau, hitam, putih, puncak tiga, maknanya tercantum dalam lambang HMI – Bunga melambangkan kewanitaan – Melati melambangkan kasih sayang yang suci dan tulus – Penyangga perempuan sebagai tiang negara – Buku terbuka Al-Quran sebagai dasar utama – Tiga kelopak bunga tri dharma Perguruan Tinggi – KOHATI Korp HMI Wati

:: Terapkan Peran Mahasiswa sebagai Agen Perubahan, Dukung Pembangunan Batam ENGKU PUTRI, KataBatam-- Wakil Wali Kota (Wawako) Batam H Amsakar Achmad, Pengertian Kohati KOHATI adalah singkatan dari Korps-HMI-Wati. KOHATI adalah badan khusus HMI yang bertugas membina, mengembangkan dan meningkatkan potensi HMI-Wati dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan. KOHATI adalah bidang keperempuanan di HMI setingkat. Waktu dan Tempat Kedudukan KOHATI didirikan pada tanggal 2 Jumadil Akhir 1386 H bertepatan dengan tanggal 17 September 1966 M pada Kongers VIII di Solo. KOHATI berkedudukan di tempat kedudukan HMI. KOHATI merupakan salah satu badan khusus HMI, yang secara struktural pengurus KOHATI ex officio pimpinan HMI dengan diwakili oleh Ketua Umum, Sekretaris Umum, Bendahara Umum dan Ketua Bidang. KOHATI bersifat Semi-Otonom. Dalam operasionalisasi mekanisme organisasi, sifat semi-otonom ini mengandung arti bahwa KOHATI memiliki keleluasaan dan kewenangan dalam beraktivitas dan berkreativitas di dalam intern HMI, terutama dalam pembinaan potensi HMI di dalam wacana keperempuanan dalam mengembangkan kualitas kader HMI-Wati, baik dalam pengembangan wawasan maupun keterampilan yang sesuai dengan konstitusi HMI dan KOHATI yaitu AD dan ART HMI maupun Pedoman Dasar KOHATI serta kebijaksanaan umum HMI lainnya. Adapun dalam melakukan kegiatan yang bersifat luar ekstern HMI, KOHATI merupakan perpanjangan tangan HMI di semua tingkatan. Dengan kata lain kehadiran KOHATI pada aktivitas eksternal HMI merupakan pembawa misi perjuangan HMI. Oleh karenanya KOHATI harus senantiasa mengadakan koordinasi dengan HMI. KOHATI berperan sebagai Pencetak dan Pembina Muslimah Sejati untuk menegakkan dan mengembangkan nilai-nilai ke-Islaman dan ke-Indonesiaan. Dan anggota KOHATI adalah HMI-Wati yang telah lulus Latihan Kader LK I Fungsi KOHATI berfungsi sebagai wadah peningkatan dan pengembangan potensi kader HMI dalam wacana dan dinamika keperempuanan. Di tingkat internal HMI, KOHATI berfungsi sebagai bidang keperempuanan. Di tingkat eksternal HMI, berfungsi sebagai organisasi perempuan. Tujuan KOHATI merumuskan tujuannya sebagai berikut “Terbinanya Muslimah yang berkualitas Insan Cita” dan “insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah Subhanahu Wata ’ala”. Dengan rumusan tujuan ini KOHATI memposisikan dirinya sebagai bagian yang ingin mencapai tujuan HMI mencapai 5 kualitas insan cita tetapi berspesialisasi pada pembinaan anggota HMI-Wati untuk menjadi muslimah yang berkualitas insan cita. Sesuai dengan ide dasar pembentukannya, maka proses pembinaan di KOHATI ditujukan untuk peningkatan kualitas dan peranannya dalam wacana keperempuanan. Ini dimaksudkan bahwa aktifitas HMI-Wati tidak saja di KOHATI dan HMI, tetapi juga dalam masyarakat luas, terutama dalam merespon, mengantisipasi berbagai wacana keperempuanan. Dengan demikian, maka jelas bahwa tugas KOHATI adalah melakukan akselerasi pada pencapaian tujuan HMI. Untuk dapat menjalankan peranannya dengan baik, maka KOHATI harus membekali dirinya dengan meningkatkan kualitasnya sehingga anggota KOHATI memiliki watak dan kepribadian yang teguh, kemampuan intelektual, kemampuan profesional serta kemandirian dalam merespon, mengantisipasi berbagai wacana keperempuanan yang berkembang dalam masyarakat VG1BL. 337 106 102 488 325 44 266 398 246

kata bijak kohati hmi